Mencari sebuah program untuk mendapatkan gambaran cepat foto dan gambar dengan cara sederhana untuk mengoptimalkan mereka? Photoscape
adalah program yang Anda butuhkan! Aplikasi ini menawarkan segala
sesuatu yang dibutuhkan pemula untuk mengatur dan mengedit gambar
digital.
Selain viewer, Photoscape
memiliki fungsi untuk mengkloning, memotong, mempertajam dan merubah
warna serta pengaturan kontras, tingkat, vignetting dan banyak parameter
gambar lainnya. Beberapa template memungkinkan untuk dengan
mudah mengatur foto pada halaman yang kemudian dapat disimpan sebagai
gambar akhir atau dicetak di atas kertas.
Photoscape juga memiliki kemampuan untuk red-eye removal, batch editing (nama file dan pengaturan gambar), mengedit file kamera RAW, mengambil screenshot dan menghasilkan GIF, dimana gambar beberapa individu dapat dikombinasikan untuk animasi GIF. Silahkan Download disini
PhotoScape_V3.6.3
Menikah Bukan dengan Angan-Angan
sumber eramuslim : Siang itu Nadia minta waktu untuk konsultasi kepada guru ngajinya.
Kepada Mbak Fida, begitu ia biasa memanggil guru ngajinya, Nadia mulai
mengadukan permasalahannya, bahwa sampai saat ini ia belum bisa
sepenuhnya ‘cinta’ kepada Ahmad, suami yang baru menikahinya dua bulan
lalu.
“Memangnya ada apa dengan Ahmad, Nad?” Hati-hati Mbak Fida bertanya.
Maka meluncurlah dari mulut Nadia; “Ya sebenarnya Mas Ahmad itu baik,
tapi ada sesuatu yang bagi saya kurang, mbak. Mestinya seorang aktifis
pengajian itu hidupnya teratur, tertib, nggak pernah ketinggalan sholat
jama’ah di masjid, nggak absen sholat lail, tilawahnya 1 juz setiap
hari, selalu bersikap lembut kepada istri, sabar, rapi, bisa jadi teman
diskusi dan curhat istri, sempat ngajarin istri, nggak suka nonton tivi,
bisa ngambil hati mertua, begitu kan mbak?”
Sambil membenahi buku-bukunya yang berantakan (istrinya sedang
keluar rumah dan sepulangnya dari kantor Farhan mendapati rumahnya dalam
keadaan ‘porak poranda’), Farhan berkata pada dirinya sendiri, “aku
pikir menikahi seorang perempuan berjilbab berarti urusan rumah tangga
jadi beres. Mestinya istri itu bisa masak, terampil ngurus rumah,
ibadahnya oke, pinter melayani suami, sabar, rajin, lembut, nyambung
diajak diskusi, jago ngambil hati mertua…
Nadia dan Farhan boleh jadi mewakili sosok sebagian kita yang
memasuki gerbang pernikahan dengan segunung angan-angan tentang sosok
pasangan ideal. Tipikal seperti ini biasanya telah memiliki idealisme
sendiri tentang pasangan, jauh sebelum hari pernikahan tiba. Idealisme
itu begitu menguasai pikiran dan jiwa hingga terus terbawa sampai mereka
menikah, dan ketika setelah menikah ternyata pasangannya tidak
sebagaimana idealismenya, mereka kecewa dan kemudian cenderung
menyalahkan keadaan atau pihak lain.
Memang sah-sah saja kita memiliki idealisme, termasuk idealisme
tentang kriteria pasangan. Sayangnya, kebanyakan kita menyangka bahwa
sebuah idealisme dapat turun begitu saja dari langit dan menjelma di
hadapan kita. Padahal dengan demikian idealisme kita itu akhirnya malah
menjadi angan-angan belaka.Idealisme tentang apapun tidak akan terwujud
menjadi kenyataan jika tidak diperjuangkan.
Perhatikanlah firman Allah SWT dalam Surat An-Nisaa’ ayat 123: “Pahala
dari Allah itu bukanlah menurut angan-anganmu yang kosong dan tidak
pula menurut angan-angan ahli kitab. Barang siapa yang mengerjakan
kejahatan niscaya akan diberi balasan dengan kejahatan itu dan dia tidak
mendapat pelindung dan tidak pula penolong baginya selain Allah.”
Kembali kepada Nadia dan Farhan, idealisme mereka tentang kriteria
pasangan telah menjadi angan-angan. Mereka mengira dengan menikahi
seorang aktifis pengajian atau seorang perempuan berjilbab semua urusan
menjadi beres, kehidupan rumah tangga menjadi penuh bunga harum semerbak
mewangi, tidak ada kerikil apalagi ombak, pokoknya indah seperti yang
dilukiskan dalam buku-buku. Angan-angan itu akan membuat mereka kecewa.
Ya, sebabnya adalah seperti kata pepatah, ‘tak ada gading yang tak
retak’ atau ‘nobody’s perfect’ (tak ada orang yang sempurna). Tidak ada
manusia yang ma’shum (terjaga dari salah dan dosa) kecuali Rasulullah
SAW. Semua manusia pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, tidak ada
manusia yang pada dirinya hanya terdapat kelebihan saja, sebagaimana
juga tidak ada manusia yang di dalam dirinya hanya ada kekurangan.
Karena itu membayangkan pasangan kita adalah sesosok manusia tanpa cela
hanya karena ia ikhwan atau berjilbab, menurut saya adalah pandangan
kurang bijak.
Seorang ikhwan atau perempuan berjilbab adalah manusia biasa.
Komitmen dan ketaatan mereka dalam beragama adalah suatu bentuk
kesungguhan mereka dalam memproses diri menjadi Hamba Allah yang
bertaqwa. Dan merupakan hal yang sangat manusiawi jika dalam menjalani
proses tersebut terdapat kekurangan-kekurangan. Karenanya menjadi
aktifis pengajian atau perempuan berjilbab itu bukanlah berarti mereka
berubah menjadi malaikat yang tidak pernah melakukan kesalahan dan tidak
pula berarti mereka menjelma menjadi manusia tanpa cela.
Rumah tangga bahagia yang menjadi syurga bagi penghuninya adalah
idaman setiap orang. Tetapi ia akan sekadar menjadi angan-angan bila
tidak ada upaya dan perjuangan dari kedua belah pihak -suami-istri-
untuk mewujudkannya. Begitu pula halnya dengan keinginan memiliki dan
menjadi pasangan ideal yang diidamkan. Ia pun hanya menjadi angan-angan
selama kita tidak berusaha memprosesnya menjadi kenyataan. Oleh sebab
itulah pernikahan sebenarnya merupakan ladang amal dan jihad bagi
orang-orang yang menjalaninya.
Dari uraian diatas kita dapat menyimpulkan beberapa hal: – Harus
disadari bahwa yang bernama idealisme itu tidak begitu saja turun dari
langit, tetapi harus diperjuangkan. Dengan begitu ketika kita memiliki
idealisme tentang pernikahan dan pasangan ideal misalnya, kita sadar
bahwa untuk mewujudkannya menjadi kenyataan adalah dengan
memperjuangkannya atau dengan kata lain kita siap menjadikan pernikahan
kita nantinya sebagai ladang amal dan jihad kita dalam memproses diri
menjadi lebih berkualitas.
– Menyadari bahwa idealisme yang menguasai pikiran dan jiwa dapat
berkembang menjadi angan-angan belaka. Menikah dengan membawanya serta
hanya akan membuat kita menjadi pelamun, mudah kecewa, cenderung tidak
bersyukur terhadap apa yang ada, bahkan menjadi orang yang suka
menyalahkan keadaan atau pihak lain.
– Ingatlah selalu bahwa kita menikahi pasangan kita dengan segala
apa yang ada pada dirinya berupa kelebihan dan kekurangannya.
Kelebihannya untuk disyukuri, kekurangannya menjadi ladang jihad kita
untuk memperbaikinya karena Allah. Dengan begitu kita tidak akan mudah
kecewa terhadap segala kekurangan yang terdapat pada pasangan kita.
– Terakhir, camkan kata-kata ini … “Jangan menikah dengan angan-angan.”
Ya Allah, Engkau adalah Rabbku dan aku adalah hamba-Mu. Aku telah menzalimi diriku sendiri dan aku telah mengaku dosaku. Maka ampunilah seluruh dosaku, sebab tidak ada yang bisa mengampuni dosa selain Engkau.
Berilah aku petunjuk kepada akhlak yang paling baik, karena tidak ada yang bisa memberi petunjuk kepada akhlak yang paling baik selain Engkau.
Jauhkanlah aku dari akhlak yang paling buruk, karena tidak ada yang bisa menjauhkan dari akhlak yang paling buruk selain Engkau.
Aku penuhi panggilan-Mu dan aku ikuti perintah-Mu. Seluruh kebaikan berada di tangan-Mu dan keburukan tidak dinisbahkan kepada-Mu.
Aku mendapat taufik karena-Mu dan aku bersandar kepada-Mu.
Maha Suci dan Maha Tinggi Engkau. Aku meminta ampunan-Mu dan aku bertaubat kepada-Mu.” (HR. Muslim no. 771, Abu Daud no. 760, Tirmidzi no. 3421, dan An-Nasai no. 897)
- See more at: http://www.arrahmah.com/rubrik/doa-mohon-dikaruniai-akhlak-mulia-dan-dijauhkan-dari-akhlak-tercela.html#sthash.aCROVa8V.dpuf