Melonguane,
KOMENTAR - Pisang Abaka Talaud yang disebut-sebut memiliki kualitas
nomor satu dunia untuk dijadikan bahan baku pembuatan uang kertas dollar
AS, ternyata sudah dilirik dua perusahaan yang siap melakukan ekspor ke
negeri Paman Sam. Hal ini disampaikan Bupati Talaud, Drs Contantine
Ganggali ME melalui Sekretaris Daerah Ir Djemi Gagola MSi ME.
Menurut Gagola, saat ini ada dua perusahaan kertas dalam negeri, yakni
PT Dharma Berdikari dan PT Kertas Leces yang siap membeli hasil produksi
serat dari pisang abaka tersebut melalui kontrak yang telah
ditandatangani antara pemerintah daerah Talaud dengan perusahaan
tersebut rapa waktu lalu.
“Dari hasil pembelian hasil produksi serat abaka Talaud yang sekarang
ini harganya mencapai Rp 350 ribu per kilogram ini, oleh kedua
perusahaan tersebut akan diekspor ke AS (Amerika Serikat) untuk
dijadikan bahan baku utama untuk pembuatan uang kertas Dollar AS,”
ungkap Gagola.
Karena menurutnya, serat pisang abaka di Kabupaten Kepulauan Talaud ini
kualitasnya nomor satu di dunia. Di mana pisang abaka di wilayah ini
adalah jenis abaka merah yang seratnya sangat kuat. “Dari 100 hektar
lebih tanaman pisang abaka yang dikembangkan saat ini, sebagian telah
dipanen dan hasil sangat berarti bagi peningkatan ekonomi masyarakat,”
ujar Gagola.
Dikatakannya, terkait dengan potensi serta kualitas abaka di Talaud yang
dinilai sangat besar dan cemerlang, pihak perusahaan pembeli hasil
produksi serat abaka itu merespon dengan memberikan bantuan mesin paras
rumput dan sarana lainnya yang dianggap mendukung lajunya pengembangan
abaka.
“Bahkan ke depannya jika tanaman pisang abaka di Kabupaten Talaud sudah
mencapai 5.000 hektar, maka pihak investor akan mendirikan pabrik kertas
di Kabupaten Kepulauan Talaud. Dan jika dimaksimalkan semua lahan tidur
ditanami abaka, maka dipastikan pendirian pabrik kertas di Talaud bisa
terealisasi tahun depan,” kata Gagola.
Ia menambahkan, untuk saat ini kebutuhan permintaan serat abaka dari
beberapa perusahaan kertas raksana di dunia sangat besar, terutama jenis
abaka merah. Sedangkan untuk jenis abaka putih, kata Gagola, tergolong
nomor dua.
Secara terpisah Anggota DPRD dapil Nusa Utara dr Ivone Bentelu mengatakan, pengembangan tanaman ini perlu diseriusi pemerintah.
“Tanaman pisang abaka saya ketahui saat reses di Talaud waktu lalu.
Memang sangat potensial dan membuktikan daerah kita kaya. Bahkan sempat
investor datang. Namun sudah dalam tahap produksi tapi mandek lagi.
Investor lalu sudah tak kembali lagi. Mungkin karena infrastruktur di
sana. Ini sangat disayangkan. Padahal ini adalah potensial dan bisa
menguntungkan masyarakat,” ungkap Bentelu.
Dirinya juga menegaskan, tanaman pisang abaka bisa digunakan sebagai
bahan baku uang rupiah. “Kalau bisa digunakan bahan baku uang dollar,
tentu bisa juga digunakan bahan baku uang rupiah. Dan pak gubernur sudah
berkoordinasi dengan pihak BI terkait masalah ini,” sambungnya.
Untuk itu, Bentelu mengharapkan pemerintah bisa lebih proaktif lagi
terkait tanaman pisang ini. “Pemerintah kabupaten dan pemerintah
propinsi harus lebih proaktif lagi promosikan ini.
Senada diungkapkan personel Komisi II, Teddy Kumaat. Menurutnya, pemkab
dan pemprop harus ambil langkah cepat dan tepat. Bahkan dirinya
mengusulkan agar bisa langsung berkoordinasi dengan pihak Kedubes AS di
Jakarta. “Kalau perlu pergi ke Kedubes AS dan jelaskan soal tanaman
pisang abaka ini. Harus promosi, karena masalah pemasaran selalu menjadi
hambatan bagi kita. Bisa juga pergi ke atase perdagangan, yang pasti
harus promosi dan pemasaran harus tepat,” ungkap Kumaat.(ric/mon)sumber
pohon pisang abaka indonesia jadi bahan baku dollar AS
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment